Wednesday 11 January 2012

She was Mine

22 Juni 2008.
Dita tak juga melepas rangkulannya ditangan Adit. Membayangkan berbulan-bulan, bahkan beberapa tahun tanpa Adit disampingnya membuat Dita ingin sekali mengecilkan dirinya dan masuk kedalam salah satu koper Adit. Betapa tidak, hari-hari indah yang biasa dilaluinya bersama Adit akan segera berakhir. Nanti, setelah gerbong kereta itu membawa Adit ke Malang, melanjutkan studinya.
Mereka ada di ruang tunggu, menghabiskan sisa waktu bersama dalam diam dan saling menatap. Tak peduli berapa banyak mata memandang, Adit pun hanya ingin mengabadikan setiap momen bersama Dita di detik terakhir ini. well, aku pasti kembali Ta. Aku nggak akan selamanya ada disana, aku akan pulang ke kamu. Batinnya. Seperti mengerti bahasa kalbu, Dita memberikan senyumnya paling indah. ia tau lelakinya akan pulang, nanti.
Bunyi peron mengisyaratkan kereta yang akan membawa Adit telah siap. Adit menghela nafas panjang. Dita menundukkan kepala, terbersit doa yang tak pernah dijawab Tuhan. Jangan biarkan kereta itu membawa Adit, ya Tuhan. Aku ingin ada di sampingnya. Setitik air mata yang keluar dari pelupuknya diusap perlahan. Dita tersenyum miris.
Di depan pintu gerbong, Adit memeluk erat tubuh mungil Dita. “aku gak kemana-mana Ta, aku disini..” Adit menyentuh kepala Dita, turun ke dada, dan menggenggam tangannya. “Aku ada di setiap nadi kamu, jadi jangan takut sama jarak yang misahin badan kita yaaa…” Adaity kembali mengecup lembut dahi Dita.
Perpisahan itu pun tetap ada.
So I hopped on a train,
Three in the afternoon,
I don't know when I'm coming back,
But I hope that its soon,
See I never thought (never thought)
that I'd have to leave your side.

***
20 Agustus 2008.
Dita mengengguk latte-nya di coffee shop tempatnya menghabiskan waktu dengan Adit. Kini ia sendiri, ditemani laptop yang menyala dengan beberapa file tugas kuliah yang belum selesai. Ia terbersit untuk memakai koneksi wifi dan menyalakan skype-nya. Sebersit harapan semoga Adit juga melakukan hal yang sama.
Sepertinya Tuhan mendengar isi hati Dita. Adit tergerak untuk me-log in skype-nya, mencari nama Dita. Yap, Dita sedang menunggunya.
Adit: hey love!
Dita: heeeeeeeeeyyy.. I’m missing you here man!!
Dan di dua tempat yang berbeda, Tuhan tau 2 anak manusia itu tengah menikmati cinta pada jaraknya masing-masing.
Its only physically,
But know that you will be on my mind,
Twenty four hours at a time,
'Cause in my eyes you were mine (you were mine).



No matter where you go,
I won't be very far,
'Cause in my head I'll be right there where you are,
'Cause love has no distance baby,
Love, love has no distance baby,
No, not when it comes to you and me.
***
22 November 2008.
Dear Adit, my daydreaming all the times.
Akhir-akhir ini hujan terus nemenin aku di jendela kamar. Mungkin air mata aku nggak jatuh, tapi hujan mewakili semua perasaan aku.
Aku kangen kamu Dit, kangen banget.
Tiap tidur, aku gak pernah lupa untuk berdoa supaya Tuhan mempertemukan kita di mimpi. Aku ingin sekali lihat wajah kamu, menyentuhnya, mengecup disetiap incinya. aku mendekap erat cintamu dalam nadiku, seperti yang kamu bilang sebelum kamu pergi.
Aku cinta kamu Adit, aku kangen.
Love, Aphradita.

Miris, Adit membaca email di laptopnya. Aku pun merindukanmu, dewi cintaku.
See she wrote me a letter,
Said the weather wasn't better,
But she said that she was doing fine,
I wanna see you face to face,
That's what she wrote to me that day,
And I knew that it was all a sign.

***
29 November 2008.
Adit mengcover sebuah lagu dengan gitar yang dibawanya ke Malang. Semoga Dita mendengar setiap jerit hatinya yang memanggil nama Dita disetiap doanya setelah sholat. Dita yang selalu membuatnya mengejar nilai bagus, supaya ia tak perlu terlalu lama di kota ini. Malang indah, tapi keindahan yang ia inginkan ada di tanah kelahirannya di Jakarta. Ada Aphradita, dewi cintanya.

So I wrote back with this song,
Promise it won't be too long,
Wanna make up for all our lost time,
'Cause in my eyes you were mine (you were mine).

***
19 Juni 2011.
Adit membersihkan kamar kosnya. Berkas-berkas kuliahnya di semester awal sudah di pak supaya tidak memenuhi kamar kecilnya yang nyaman. Ditengah beres-beresnya, matanya tertuju pada satu kotak sakralnya. Berisi semua surat, CD, foto, dan barang-barang miliknya dari Dita. Tapi tak terasa, 3 tahun sudah tak pernah lagi kotak itu terisi. Lupakah kamu, Dita?
3 tahun sudah ia jauh dari Dita. Harusnya akhir tahun ini ia bisa mengunjungi kekasihnya itu, tapi KKL, segala tugas menjelang tugas akhirnya mengharuskan ia untuk tetap berada di Malang. Betapa rindu itu menyedihkan tapi cintanya tak pernah mematahkan semangatnya untuk terus menyelesaikan tugasnya serapi dan secepat yang ia bisa. Adit hanya ingin cepat pulang. Adit yakin Dita tetap ada untuknya. Selalu ada mention di twitternya, meski tak sering. Yang ia tahu, Dita adalah perempuannya.
So I'm lookin through these boxes.
My life's gone off track.
'Cause its been three years.
She hasn't written back.
But in my eyes.
She's still mine.
***
14 februari 2012.
Adit menginjakkan kakinya di stasiun Gambir. Betapa ia rindu pada kota ini, pada hawa panas yang membuatnya merasa pulang. Ibu sudah ditelfon, mengabarkan bahwa ia sudah di Jakarta, namun tidak langsung pulang. Ia ingin menemui perempuan yang selalu mengisi kepalanya, hatinya, dan denyun nadinya.
Masih samakah semuanya seperti 4 tahun yang lalu? Sedikit rasa ragu sempat terlintas dipikirannya. Tapi ia menggeleng pelan, menyalahkan suara hatinya barusan. Senyum mengembang saat ia berada di depan rumah Dita, melihatnya tersenyum menyambut kedatangan Adit. Ya, Dita tahu Adit pulang hari ini. dan Dita telah siap dari pagi, menunggu Adit di depan rumahnya. Aku masih milikmu, aku masih perempuanmu, Dit.

And I know it sounds so stupid,
To be waiting this long,
But I'm still in love and I know I'm not wrong,
'Cause in my eyes,
She was mine.

No comments:

Post a Comment