Hari mulai beranjak sore saat kepala Alma mulai terasa pening. Report dokumentasi testing website ini harus selesai 2 hari lagi tapi baru diselesaikan 50%. Alma beranjak menuju pantry, menyeduh segelas cokelat panas. Ia duduk di coffee table, menyesap cokelat panasnya, dan membuka 1 conversation chat. Dio.
Alma: pengen pecah kepala gueeee...
Dio: *siapin ember*
Alma: ngapain lo nyiapin ember?
Dio: kan bentar lagi pecah. Kalo isi kodingan kepala lo sampe tumpah ya biar bisa ditadahin
Alma: kampret!
Dio: hahahahaaa! Santai, Al. Minum cokelat dulu gih
Alma: ini lagi minum cokelat di pantry kok. Lagi sibuk ya lo?
Dio: udah nggak sih. Bos gue missing in action gitu kelar meeting tadi.
Alma: ih kok enak...
Dio: rejeki anak sholeh namanya
Alma: ntar ke tempat biasa yuk
Dio: boleh boleh
Alma: after office ya. See you, dut!
Dio: -,- see you, dear!
Tiba-tiba semangat Alma yang tadinya hilang, kembali ke alam normal. Seusai me-time nya di pantry, dalam 3 jam menuju jam pulang kantor, pekerjaan Alma hari itu bahkan lebih dari ekspektasinya.
***
"Aku udah sama Dio ya, sayang." Ujar Alma pada Raffy, kekasihnya. "Ok. Kamu jangan lupa makan ya. Kabarin kalo udah mau pulang." Raffy menjawab ditengah hectic pekerjaannya di kantor. Alma menyiyakan walaupun nanti setelah ngabarin Raffy, pacarnya itu pun gak akan dateng jemput Alma.
Alma kembali ke mejanya bersama Dio setelah menutup telfon. Di meja itu sudah datang hot blackcurrant tea, capucino, dan sepotongt blackforrest. "Kok tumben pesen blackforrest?" Tanya Alma sembari duduk. "Buat ganjel perut." Dio memotong ujung segitiga blackforrest itu. "Dan cuma satu. Medit banget ya beb, gue gak dipesenin!" Alma cemberut. Biasanya mereka akan pesan menu berbeda sekalian makan malam di caffe ini. Berhubung perut Alma gak bisa nampung banyak makanan, Dio lah yang biasa jadi tong sampah makan Alma yang gak habis. "Bawel, ini buat lo doang..." Ujung blackforrest yang tadi dipotong Dio, sudah berada di mulut Alma lewat suapan garpu milik Dio. Alma nyengir.
20 menit setelah cangkir capucino Dio sudah tandas, mereka sampai di warung nasi uduk pinggir jalan langganan Dio. "Makan disini aja ya bos. Sekalian beliin titipin mamah sama papah tadi." Alma mengangguk, Dio memarkirkan Vios hitamnya. Beberapa menit kemudian mereka sedang menunggu pesanan cumi bakar dan kerang saus tiram sebagai lauk nasi uduk mereka malam itu.
"So, how's work? idup lo enteng amat sih di kantor?" Alma memulai percakapan mereka sambil menyesap jeruk hangatnya. "ya kenapa harus dibikin berat, Al? dibawa santai aja. pas lagi berat ya jalanin. pas lagi enteng ya syukurin aja.." that's Dio. Ini kenapa Alma tidak bisa jauh dari Dio. Dio mengembalikan semua buah pikirnya yang berat jadi terasa ringan. Entah bagaimana, kadang apa yang terasa berat di kepala Alma, terasa ringan saat diolah di kepala Dio.
"Lo sih idupnya ngode mulu di kantor, jadi kebawa di dunia nyata deh doyannya ngodein orang mulu." Dio mengacak rambut Alma lembut. Alma tertawa. "ya namanya juga developer, maklumin aja deh..."
Lalu tiba-tiba wajah Dio berubah serius. "Berarti kerjaan Raffy makin berat dong ya?". Alma mengernyit, heran. "Tambah berat gimana maksud lo?". "Ya selain kerjaan dia yang sejibun itu, dia juga harus jadi compiler* dan interpreter* kode lo...", Dio masih pasang tampang serius akan analisanya barusan. Dua detik kemudian lengannya udah biru dicubit Alma. "Lo kira gue sejenis Python* atau Javascript*?!" Dio terbahak. "Enggak kok, Pascal* juga udah susah menurut gue hahahahaa..."
Perbincangan mereka terinterupsi oleh harum cumi bakar dan kerang saus tiram yang sudah mendarat di meja mereka. "Lo tau gak kenapa gue suka banget sama seafood?" tanya Alma. Dio diam sejenak, "Karena lo gak makan ayam. Jadi pelarian lo ke seafood. My deep condolences, dear cumi bakar. Lo cuma dijadiin pelarian sama Alma." Dio berkata seraya menatap nanar piring berisi cumi bakar milik Alma. Alma kini 100% lupa akan penat kepalanya seharian tadi. Bahkan semua kalimat yang keluar dari mulut Dio berhasil otot mulut dan rahangnya lelah karena tertawa.
"Eh, tapi emang alesannya kenapa, Al?" tanya Dio. Alma menyelesaikan kunyahannya lalu menjawab. "Seafood gak cuma bikin kenyang, tapi bikin sehat. Sama kaya cinta. Cinta itu harusnya gak cuma bikin kenyang, tapi juga bikin sehat.". Dio mengernyit. "Kenapa jadi nyambung sama cinta deh?"
"ya nyambung dong, Beb. Orang-orang tuh kalo pacaran kan kerjaannya makan, trus nonton. Atau kulineran. Jalan-jalan, pasti ujungnya cari makan juga. Gak tau kenapa, kalo lo cinta sama orang, makan sama orang yang lo sayang, makannya juga lebih enak, lo pasti milih makan yang enak. iya kan?" Dio mengangguk mengiyakan pernyataan Alma.
"Nah, kalo lo lagi patah hati karena cinta. Bawaannya gak napsu makan, jadi sakit. Atau kalo makannya gak ke kontrol, malah jadi sakit juga. Gak sehat kan?" Dio kembali mengangguk-angguk.
"Makanya gue cinta banget sama seafood. Abis makan seafood, gue bahagia. Apalagi gue makan seafood sama orang yang gue sayang, jadi tambah bahagia deh!" Alma nyengir lebar. Dio tampak masih mikirin omongan Alma yang ngalor ngidul. Sedetik kemudian, lengan Dio ditepuk Alma. "Trus lo pikirin itu ceramah gue? Percaya aja lagi ah! Hahahahahaaa!" Alma ngakak, Dio gondok.
"Anjir! Gue kira penjelasan ilmiah lo tuh bener-bener ada pembahasannya gitu. Sialan banget..." lalu Dio juga ikut tertawa. Bagi Dio, mendengar Alma bercerita, menempatkan dirinya menjadi bagian dari hidup Alma, dan mencerahkan suasana hati Alma, adalah pelarian yang menyenangkan. Pelarian dari isi kepalanya sendiri.
"Dio..." panggil Alma, tiba-tiba. Dio mengangkat kepalanya, menatap Alma. "Kenapa sih lo mau-mau aja dengerin cerita gue? Padahal kan cerita gue isinya curhat, galau, ada aja masalah, kalo enggak ya hal-hal silly kaya tadi tuh..."
Dio tersenyum. Setelah mencuci tangannya dan meneguk es teh, Dio menjawab pertanyaan Alma. "Kalo lo percaya untuk cerita macem-macem sama gue, berarti lo percaya bahwa gue bisa jadi tempat lo berbagi. And i'm glad to being the one for you to share with. Bikin mood lo berubah membaik setelah cerita sama gue atau dengerin advice gue, ceng-cengan gue, atau ketawa gue, it's a gift for me. Tugas gue berjalan dengan baik. That's whats friend are for, kan, Al?" Dio tersenyum.
Ini yang bikin Alma merasa sangat cukup punya Dio. Bukan untuk menjadi seorang kekasih, tapi untuk selalu ada disitu, berusaha bikin Alma selalu bahagia. Gak perlu punya rasa takut Dio begini, Dio begitu. Alma cuma butuh Dio tidak pernah hilang, pergi atau ditelan lumba-lumba.
Dio melirik jam ditangan Alma. 21.00. "Pulang yuk. Udah jam segini. Masih punya deadline 2 hari lagi kan?". Alma mengangguk. "Yaudah kalo gitu lo harus istirahat cukup biar sehat. Selain butuh seafood, lo juga butuh tidur." Alma melengos bete. Dio tertawa terbahak-bahak sambil merangkul Alma menuju mobilnya.
Pelukan itu tidak berhenti selama perjalanan menuju rumah Alma. 30 menit yang membahagiakan untuk Alma dan Dio. Dan mereka merasa cukup.
*Compiler / Kompilator : menerjemahkan program komputer yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu menjadi program yang ditulis dalam bahasa pemrograman lain.
*Interpreter merupakan perangkat lunak yang berfungsi melakukan eksekusi sejumlah instruksi yang ditulis dalam suatu bahasa pemrograman
*Python adalah bahasa pemrograman interpretatif multiguna dengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat keterbacaan kode. Python diklaim sebagai bahasa yang menggabungkan kapabilitas, kemampuan, dengan sintaksis kode yang sangat jelas, dan dilengkapi dengan fungsionalitas pustaka standar yang besar serta komprehensif.
*JavaScript adalah bahasa pemrograman berbasis java yang merupakan interface pembantu dalam pemrograman web.
*Pascal adalah bahasa pemrograman yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengajarkan konsep pemrograman komputer kepada mahasiswa Profesor Niklaus pada tahun 1970-an.
"So, how's work? idup lo enteng amat sih di kantor?" Alma memulai percakapan mereka sambil menyesap jeruk hangatnya. "ya kenapa harus dibikin berat, Al? dibawa santai aja. pas lagi berat ya jalanin. pas lagi enteng ya syukurin aja.." that's Dio. Ini kenapa Alma tidak bisa jauh dari Dio. Dio mengembalikan semua buah pikirnya yang berat jadi terasa ringan. Entah bagaimana, kadang apa yang terasa berat di kepala Alma, terasa ringan saat diolah di kepala Dio.
"Lo sih idupnya ngode mulu di kantor, jadi kebawa di dunia nyata deh doyannya ngodein orang mulu." Dio mengacak rambut Alma lembut. Alma tertawa. "ya namanya juga developer, maklumin aja deh..."
Lalu tiba-tiba wajah Dio berubah serius. "Berarti kerjaan Raffy makin berat dong ya?". Alma mengernyit, heran. "Tambah berat gimana maksud lo?". "Ya selain kerjaan dia yang sejibun itu, dia juga harus jadi compiler* dan interpreter* kode lo...", Dio masih pasang tampang serius akan analisanya barusan. Dua detik kemudian lengannya udah biru dicubit Alma. "Lo kira gue sejenis Python* atau Javascript*?!" Dio terbahak. "Enggak kok, Pascal* juga udah susah menurut gue hahahahaa..."
Perbincangan mereka terinterupsi oleh harum cumi bakar dan kerang saus tiram yang sudah mendarat di meja mereka. "Lo tau gak kenapa gue suka banget sama seafood?" tanya Alma. Dio diam sejenak, "Karena lo gak makan ayam. Jadi pelarian lo ke seafood. My deep condolences, dear cumi bakar. Lo cuma dijadiin pelarian sama Alma." Dio berkata seraya menatap nanar piring berisi cumi bakar milik Alma. Alma kini 100% lupa akan penat kepalanya seharian tadi. Bahkan semua kalimat yang keluar dari mulut Dio berhasil otot mulut dan rahangnya lelah karena tertawa.
"Eh, tapi emang alesannya kenapa, Al?" tanya Dio. Alma menyelesaikan kunyahannya lalu menjawab. "Seafood gak cuma bikin kenyang, tapi bikin sehat. Sama kaya cinta. Cinta itu harusnya gak cuma bikin kenyang, tapi juga bikin sehat.". Dio mengernyit. "Kenapa jadi nyambung sama cinta deh?"
"ya nyambung dong, Beb. Orang-orang tuh kalo pacaran kan kerjaannya makan, trus nonton. Atau kulineran. Jalan-jalan, pasti ujungnya cari makan juga. Gak tau kenapa, kalo lo cinta sama orang, makan sama orang yang lo sayang, makannya juga lebih enak, lo pasti milih makan yang enak. iya kan?" Dio mengangguk mengiyakan pernyataan Alma.
"Nah, kalo lo lagi patah hati karena cinta. Bawaannya gak napsu makan, jadi sakit. Atau kalo makannya gak ke kontrol, malah jadi sakit juga. Gak sehat kan?" Dio kembali mengangguk-angguk.
"Makanya gue cinta banget sama seafood. Abis makan seafood, gue bahagia. Apalagi gue makan seafood sama orang yang gue sayang, jadi tambah bahagia deh!" Alma nyengir lebar. Dio tampak masih mikirin omongan Alma yang ngalor ngidul. Sedetik kemudian, lengan Dio ditepuk Alma. "Trus lo pikirin itu ceramah gue? Percaya aja lagi ah! Hahahahahaaa!" Alma ngakak, Dio gondok.
"Anjir! Gue kira penjelasan ilmiah lo tuh bener-bener ada pembahasannya gitu. Sialan banget..." lalu Dio juga ikut tertawa. Bagi Dio, mendengar Alma bercerita, menempatkan dirinya menjadi bagian dari hidup Alma, dan mencerahkan suasana hati Alma, adalah pelarian yang menyenangkan. Pelarian dari isi kepalanya sendiri.
"Dio..." panggil Alma, tiba-tiba. Dio mengangkat kepalanya, menatap Alma. "Kenapa sih lo mau-mau aja dengerin cerita gue? Padahal kan cerita gue isinya curhat, galau, ada aja masalah, kalo enggak ya hal-hal silly kaya tadi tuh..."
Dio tersenyum. Setelah mencuci tangannya dan meneguk es teh, Dio menjawab pertanyaan Alma. "Kalo lo percaya untuk cerita macem-macem sama gue, berarti lo percaya bahwa gue bisa jadi tempat lo berbagi. And i'm glad to being the one for you to share with. Bikin mood lo berubah membaik setelah cerita sama gue atau dengerin advice gue, ceng-cengan gue, atau ketawa gue, it's a gift for me. Tugas gue berjalan dengan baik. That's whats friend are for, kan, Al?" Dio tersenyum.
Ini yang bikin Alma merasa sangat cukup punya Dio. Bukan untuk menjadi seorang kekasih, tapi untuk selalu ada disitu, berusaha bikin Alma selalu bahagia. Gak perlu punya rasa takut Dio begini, Dio begitu. Alma cuma butuh Dio tidak pernah hilang, pergi atau ditelan lumba-lumba.
Dio melirik jam ditangan Alma. 21.00. "Pulang yuk. Udah jam segini. Masih punya deadline 2 hari lagi kan?". Alma mengangguk. "Yaudah kalo gitu lo harus istirahat cukup biar sehat. Selain butuh seafood, lo juga butuh tidur." Alma melengos bete. Dio tertawa terbahak-bahak sambil merangkul Alma menuju mobilnya.
Pelukan itu tidak berhenti selama perjalanan menuju rumah Alma. 30 menit yang membahagiakan untuk Alma dan Dio. Dan mereka merasa cukup.
===========================
Notes
*Interpreter merupakan perangkat lunak yang berfungsi melakukan eksekusi sejumlah instruksi yang ditulis dalam suatu bahasa pemrograman
*Python adalah bahasa pemrograman interpretatif multiguna dengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat keterbacaan kode. Python diklaim sebagai bahasa yang menggabungkan kapabilitas, kemampuan, dengan sintaksis kode yang sangat jelas, dan dilengkapi dengan fungsionalitas pustaka standar yang besar serta komprehensif.
*JavaScript adalah bahasa pemrograman berbasis java yang merupakan interface pembantu dalam pemrograman web.
*Pascal adalah bahasa pemrograman yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengajarkan konsep pemrograman komputer kepada mahasiswa Profesor Niklaus pada tahun 1970-an.
No comments:
Post a Comment