Mari kesini, saya peluk.
Saya tau apa rasanya gusar. Memikirkan hal yang entah. Tak bertuan, tak berteman. Melompat diantara corpus otak. Tapi tak tau hendak kemana.
Saya tau apa rasanya gusar. Memikirkan hal yang entah. Tak bertuan, tak berteman. Melompat diantara corpus otak. Tapi tak tau hendak kemana.
Mari kesini, saya peluk.
Saya tau apa rasanya gundah. Nelangsa. Berpikir tak tentu, berasa sendu. Seperti ingin mengadu, namun bagaimana? Namun, apa?
Saya tau apa rasanya gundah. Nelangsa. Berpikir tak tentu, berasa sendu. Seperti ingin mengadu, namun bagaimana? Namun, apa?
Mari kesini, saya peluk.
Saya tau apa rasanya sedih. Pilu. Seakan ada banyak titik air yang tak hanya akan jatuh di mata, namun juga di hati, kepala, seluruh organ yang pernah tersapa gembira. Tapi tak kasat mata. Ya, matamu tetap tak berlinang. Kamu bahkan tidak bisa memproduksi air di mata saat rasa itu meraja.
Saya tau apa rasanya sedih. Pilu. Seakan ada banyak titik air yang tak hanya akan jatuh di mata, namun juga di hati, kepala, seluruh organ yang pernah tersapa gembira. Tapi tak kasat mata. Ya, matamu tetap tak berlinang. Kamu bahkan tidak bisa memproduksi air di mata saat rasa itu meraja.
Mari kesini, saya peluk.
Saya tau apa rasanya sepi. Senyap. Gelap. Tak ada kawan untuk sekedar melempar pesan, "kamu bagaimana? Masih kuat?" Seperti hanya sebuah titik tanpa huruf disebelum, atau sesudahnya.
Saya tau apa rasanya sepi. Senyap. Gelap. Tak ada kawan untuk sekedar melempar pesan, "kamu bagaimana? Masih kuat?" Seperti hanya sebuah titik tanpa huruf disebelum, atau sesudahnya.
Mari kesini, saya peluk.
Mari kesini, bagi perasaan itu.
Mari kesini, lepaskan apa yang berat dipundakmu. Atau hatimu. Atau kepalamu.
Mari kesini.
Kesini.
Mari kesini, bagi perasaan itu.
Mari kesini, lepaskan apa yang berat dipundakmu. Atau hatimu. Atau kepalamu.
Mari kesini.
Kesini.
No comments:
Post a Comment